"Kaitenzushi", restoran yang menyediakan hidangan sushi mereka di atas
ban berjalan (conveyor belt) adalah salah satu kontribusi Jepang yang
paling terkenal terhadap dunia wisata kuliner. Konsepnya sederhana: para
konsumen duduk mengitari ban yang berputar kemudian mengambil menu yang
mereka inginkan dari meja yang penuh dengan sushi.
Tapi sekarang ada sebuah tren baru di Jepang yang sepertinya akan
mengancam sistem ban berjalan tradisional. Para konsumen disana sudah
tidak begitu tertarik lagi untuk mengambil piring mereka dari meja yang
berputar. Jadi sekarang, conveyor belt hanya digunakan sebagai tampilan
menu makanan biasa. Para konsumen akan memilih makanan yang mereka
inginkan dari piring-piring kecil di atas ban berjalan tersebut,
kemudian baru memesannya kepada pelayan.
Aneh? Yup. Tren baru tersebut nampaknya dipengaruhi oleh sistem
pemesanan melalui touch panel (layar sentuh) yang sekarang sudah
digunakan di banyak restoran kaitenzushi. Touch panel yang diaplikasikan
di bilik hidangan memberikan kebebasan bagi konsumen untuk menggulir
halaman demi halaman di menu sushi yang tersedia.
Salah satu keunggulan dari sistem ini adalah pesanan yang dibuat oleh
para konsumen akan langsung ditujukan kepada sang koki, sehingga
meminimalisir waktu yang dibutuhkan hidangan untuk bisa sampai ke meja
makan.
Perubahan terhadap tradisi kaitenzushi yang berumur hampir 60 tahun ini
sudah mempengaruhi seluruh restoran sushi ber-conveyor di Jepang. Di
kota dimana kepuasan konsumen adalah sesuatu yang diutamakan, para
pemilik bisnis yang tidak menyediakan sistem touch panel ini pun
berusaha berakomodasi dengan sistem kerja yang sama dengan touch panel -
hanya saja tanpa touch panel itu sendiri. Dengan kata lain, mereka yang
ingin menyantap makanan yang berputar di atas conveyor belt tinggal
memesan pilihan mereka kepada pelayan dan menunggu makanan itu
dihidangkan.
Maruha Nichiro Corp,
sebuah perusahaan seafood di Jepang, mengonfirmasi perubahan yang
signifikan ini setelah melakukan survei terhadap 1000 warga Tokyo. Para
responden adalah mereka yang mengunjungi restoran-restoran sushi sekali
dalam sebulan atau lebih. Sebanyak 38.9% menyatakan mereka masih setia
terhadap sistem conveyor belt tradisional, sedangkan sisanya mengatakan
bahwa mereka sudah terbiasa memesan menu makanan dari pelayan.
Tidak ada yang tahu bagaimana nasib kaitenzushi di masa depan. Sebagian
restoran di Jepang bahkan sudah membuang conveyor belt mereka dan
menggantinya dengan touch panel, memungkinkan para konsumen untuk
menerima hidangan mereka ala 'fresh-from-oven', alih-alih mengambil
sushi yang sudah terpajang entah berapa lama di atas meja yang berputar,
meskipun dengan begitu mereka bisa langsung menyantap makanan pilihan
mereka.
Sumber : http://www.jepang.net/2013/04/tradisi-makan-sushi-di-jepang-sudah.html
No comments:
Post a Comment